Halaman

Rabu, 14 November 2012

Materi Kuliah Pengantar Ekonomi Mikro Hukum Permintaan

Hukum Permintaan
Kurve permintaan untuk pelbagai macam barang dan jasa tidak semuanya tepat sama. Bahkan kurve permintaan akan barang yang sama pun dapat berbeda menurut tempat dan waktu yang berbeda. Tetapi semua kurve permintaan menunjukkan satu ciri yang sama, yaitu arahnya yang turun dan kiri-atas ke kanan-bawah (downward sloping to the right). Bentuk kurve mi menunjukkan bahwa antara HARGA (P) dan JUMLAH YANG MAU DIBELT (Qd) terdapat suatu hubungan yang berbalikan:
- Kalau harga naik, jumlah yang mau dibeli berkurang
- Kalau harga turun, jumlah yang mau dibeli bertambah
Gejala mi dikenal dengan nama Hukum Permintaan, yang dapat dirumuskan sbb.: Orang cenderung membeli lebih banyakpada harga rendah daripadapada harga tinggi. Disehut “hukum” karena merupakan gejala umum yang sulit dicari perkecualiannya.
Hal ini terjadi karenaHukum permintaan menunjuk pada fakta bahwa, kalau harga suatu barang/jasa naik, jumlah yang akan dibeli cenderung menjadi Iebih sedikit, sedang kalau harganya turun, jumlah yang mau dibeli oleh masyarakat akan lebih banyak. Sekarang kita her- tanya: mengapa terjadi demikian? Apa sebabnyajumlah yang mau dibeli berkurang bila harga barang itu naik, dan bertambah bila harganya turun? Pada dasarnya ada tiga alasan yang dapat menjelaskan gejala tsb.:
I. Pengaruh penghasilan (Income effect)
Kalau harga suatu barang naik, maka denganjumlah penghasilan uang yang sama orang terpaksa hanya dapat membeli barang lebih sedikit. Sebaliknyajika harga barang tu turun, dengan penghasilan yang sama orang dapat membeli lebih banyak dan barang ybs., (dan mungkinjuga dan barang-barang lain pula), sebab penghasilan realnya naik.
Misalnya datam contoh di atas: pada harga beras Rp 400-/kg, keluarga ybs. dapat membeli 50kg beras perbulan. Tetapi kalau harga beras naik menjadi Rp 500, 1kg, denganjumlah uang yang sama rncrcka hanya dapat membeli 40 kg beras per bulan.
Hal yang sama berlaku tidak hanya untuk permintaan individual tetapi juga untuk permintaan pasar. Kalau harga suatu barang naik (ceteris paribus), Iebih sedikit warga masyarakat yang mampu membelinya dengan penghasilan mereka. Sebaliknya jika harga barang tertentu turun (ceteris paribus), semakin banyak orang yang dulu tidak mampu membelinya sekarang akan dapat menjangkaunya, sehingga jumlah pembeli bertambah banyak. Hal mi disebut “income effect’:
2. Pengarub substitusi (Substitution effect)
Jika harga suatu barang naik, orang akan mencari barang lain yang fungsinya sama tetapi harganya lebih murah. Penggantian mi dengan istilah teknis disebut substitusi. Maka gejala mi disebut “substitution effect”.
3. Penghargaan subyektif (Marginal Utility)
Andaikan seseorang hanya mernpunyai satu pasang sepatu saja. Maka ia akan menilai sepatunya itu lebih tinggi daripada scandainya ia mempunyai sepuluh pasang. Kalau sepatunya itu rusak ia akan bersedia mengeluarkan uang untuk membeli sepasang sepatu yang barn, walau harganya mahal. Sebaliknya kalau orang mempunyai sepuluh pasang sepatu, ia tidak akan merasa kerugian besar kalau kehilangan satu pasang sepatu, dan ia tidak begitu bersedia mengeluarkan uang untuk membeli sepatu lebih banyak lagi. Jadi makin banyak dan satu macam barang tertentu yang telah dimiliki, makin rendah penghargaan kita terhadap barang itu.
Tinggi-rendahnya harga yang bersedia dibayar oleh konsumen untuk barang tertentu mencerminkan kegunaan atau kepuasan (Marginal) yang diperolehnya dan konsumsi barang tsb. Gejala mi dikenal dengan nama Hukum Semakin Berkurangnya Tambahan Kepuasan (Law of Diminishing Marginal Utility — LDMU), atau Hukum Gossen ke-I.
> Persamaan fungsi permintaan
Antara HARGA (P) suatu barang dan JUMLAH yang mau dibeli (Qd) ternyata ada hubungan fungsional yang kurang-lebih tetap. Dikatakan jumlah yang mau dibeli merupakan fungsi dan harga. artinya: besar-kecilnya Qd tergantung dan tinggi-rendahnya P. Hubungan tersebut secara matematik dapat dinyatakan dalam bentuk sebuah persamaan, yang bila dilukiskan dalam grafik menjadi kurve permintaan.
Kehanyakan kurve perrnintaan berbentuk garis melengkung yang menyerupai hentuk hiperbola. BeHtuk umurn persamaan hiperbola adalah:
a
y = — + b
x
Tetapi untuk rnenyederhanakan, garis rnelengkung di daerah yang penting dapat “didekati” dengan garis lurus. Bentuk umum persamaan garis lurus adalah:
y = mx + b
dimana untuk kurve perrnintaan koefisien arahnya (rn = gradien) bertanda negatif.
Sebagai contoh. dalam Gambar 1.3 dilukiskan dua bentuk kurve permintaan, yaitu:
D : P = 200 — 2,5 Q (garis lurus)
D: P= 200 + 50 (garis melengkung)

Dalam kenyataannya tidaklah mudah untuk memastikan bentuk dan letak kurve permintaan akan suatu barang. Bagairnana tepatnya kurve perrnintaan dan persamaannya hanya dapat dipastikan atas dasarpenelitian pasar dengan bantuan Statistika. Dan hcrbagai tempat dan pada pelbagai waktu harus dikumpulkan informasi herapajumlah dan barang tertentu yang mau dibeli oleh masyarakat pada pelbagai tingkat harga. Informasi yang diperoleh belum tentu menghasilkan sebuah kurve permintaan yang “bagus” seperti dalam contoh di atas. Tetapi dengan bantuan matematika dapat dihitung garis rata-rata (garis regresi, dan diagram tebar) yang dapat “mendekati” (mencerminkan) keadaan nyata.
READ MORE - Materi Kuliah Pengantar Ekonomi Mikro Hukum Permintaan

Materi Kuliah Pengantar Ekonomi Mikro Ilmu Ekonomi Mikro

ILMU EKONOMI MIKRO
Ilmu ekonomi mikro (sering juga ditulis mikroekonomi) adalah cabang dari ilmu ekonomi yang mempelajari perilaku konsumen dan perusahaan serta penentuan hargaharga pasar dan kuantitas faktor input, barang, dan jasa yang diperjualbelikan. Ekonomi mikro meneliti bagaimana berbagai keputusan dan perilaku tersebut mempengaruhi penawaran dan permintaan atas barang dan jasa, yang akan menentukan harga; dan bagaimana harga, pada gilirannya, menentukan penawaran dan permintaan barang dan jasa selanjutnya. Individu yang melakukan kombinasi konsumsi atau produksi secara optimal, bersama-sama individu lainnya di pasar, akan membentuk suatu keseimbangan dalam skala makro; dengan asumsi bahwa semua hal lain tetap sama (ceteris paribus).
Kebalikan dari ekonomi mikro ialah ekonomi makro, yang membahas aktivitas ekonomi secara keseluruhan, terutama mengenai pertumbuhan ekonomi, inflasi, pengangguran, berbagai kebijakan perekonomian yang berhubungan, serta dampak atas beragam tindakan pemerintah (misalnya perubahan tingkat pajak) terhadap hal-hal tersebut.
Tinjauan umum
Salah satu tujuan ekonomi mikro adalah menganalisa pasar beserta mekanismenya yang membentuk harga relatif kepada produk dan jasa, dan alokasi dari sumber terbatas diantara banyak penggunaan alternatif. Ekonomi mikro menganalisa kegagalan pasar,yaitu ketika pasar gagal dalam memproduksi hasil yang efisien; serta menjelaskan berbagai kondisi teoritis yang dibutuhkan bagi suatu pasar persaingan sempurna. Bidangbidang penelitian yang penting dalam ekonomi mikro, meliputi pembahasan mengenai keseimbangan umum (general equilibrium), keadaan pasar dalam informasi asimetris, pilihan dalam situasi ketidakpastian, serta berbagai aplikasi ekonomi dari teori permainan. Juga mendapat perhatian ialah pembahasan mengenai elastisitas produk dalam sistem pasar.
Asumsi dan definisi
Teori penawaran dan permintaan biasanya mengasumsikan bahwa pasar merupakan pasar persaingan sempurna. Implikasinya ialah terdapat banyak pembeli dan penjual di dalam pasar, dan tidak satupun diantara mereka memiliki kapasitas untuk mempengaruhi harga barang dan jasa secara signifikan. Dalam berbagai transaksi di kehidupan nyata, asumsi ini ternyata gagal, karena beberapa individu (baik pembeli maupun penjual) memiliki kemampuan untuk mempengaruhi harga. Seringkali, dibutuhkan analisa yang lebih mendalam untuk memahami persamaan penawaran-permintaan terhadap suatu barang. Bagaimanapun, teori ini bekerja dengan baik dalam situasi yang sederhana.
Ekonomi arus utama (mainstream economics) tidak berasumsi apriori bahwa pasar lebih disukai daripada bentuk organisasi sosial lainnya. Bahkan, banyak analisa telah dilakukan untuk membahas beragam kasus yang disebut “kegagalan pasar”, yang mengarah pada alokasi sumber daya yang suboptimal, bila ditinjau dari sudut pandang tertentu (contoh sederhananya ialah jalan tol, yang menguntungkan semua orang untuk digunakan tetapi tidak langsung menguntungkan mereka untuk membiayainya). Dalam kasus ini, ekonomi akan berusaha untuk mencari kebijakan yang akan menghindari kesia-siaan langsung di bawah kendali pemerintah, secara tidak langsung oleh regulasi yang membuat pengguna pasar untuk bertindak sesuai norma konsisten dengan kesejahteraan optimal, atau dengan membuat “pasar yang hilang” untuk memungkinkan perdagangan efisien dimana tidak ada yang pernah terjadi sebelumnya. Hal ini dipelajari di bidang tindakan kolektif. Harus dicatat juga bahwa “kesejahteraan optimal” biasanya memakai norma Pareto, dimana dalam aplikasi matematisnya efisiensi Kaldor-Hicks, tidak konsisten dnegan norma utilitarian dalam sisi normatif dari ekonomi yang mempelajari tindakan kolektif, disebut pilihan masyarakat/publik. Kegagalan pasar dalam ekonomi positif (ekonomi mikro) dibatasi dalam implikasi tanpa mencampurkan kepercayaan para ekonom dan teorinya.
Permintaan untuk berbagai komoditas oleh perorangan biasanya disebut sebagai hasil dari proses maksimalisasi kepuasan. Penafsiran dari hubungan antara harga dan kuantitas yang diminta dari barang yang diberi, memberi semua barang dan jasa yang lain, pilihan pengaturan seperti inilah yang akan memberikan kebahagiaan tertinggi bagi para konsumen.
Model operasi
Diasumsikan bahwa semua perusahaan mengikuti pembuatan keputusan rasional, dan akan memproduksi pada keluaran maksimalisasi keuntungan. Dalam asumsi ini, ada empat kategori dimana keuntungan perusahaan akan dipertimbangkan:
• Sebuah perusahaan dikatakan membuat sebuah keuntungan ekonomi ketika average total cost lebih rendah dari setiap produk tambahan pada keluaran maksimalisasi keuntungan. Keuntungan ekonomi adalah setara dengan kuantitas keluaran dikali dengan perbedaan antara average total cost dan harga.
• Sebuah perusahaan dikatakan membuat sebuah keuntungan normal ketika keuntungan ekonominya sama dengan nol. Keadaan ini terjadi ketika average total cost setara dengan harga pada keluaran maksimalisasi keuntungan.
• Jika harga adalah di antara average total cost dan average variable cost pada keluaran maksimalisasi keuntungan, maka perusahaan tersebut dalam kondisi kerugian minimal. Perusahaan ini harusnya masih meneruskan produksi, karena kerugiannya akan makin membesar jika berhenti produksi. Dengan produksi terus menerus, perusahaan bisa menaikkan biaya variabel dan akhirnya biaya tetap, tetapi dengan menghentikan semuanya akan mengakibatkan kehilangan semua biaya tetapnya.
• Jika harga dibawah average variable cost pada maksimalisasi keuntungan, perusahaan harus melakukan penghentian. Kerugian diminimalisir dengan tidak memproduksi sama sekali, karena produksi tidak akan menghasilkan keuntungan yang cukup signifikan untuk membiayai semua biaya tetap dan bagian dari biaya variabel. Dengan tidak berproduksi, kerugian perusahaan hanya pada biaya tetap. Dengan kehilangan biaya tetapnya, perusahaan menemui tantangan. Akan keluar dari pasar seutuhnya atau tetap bersaing dengan resiko kerugian menyeluruh. Kegagalan pasar Dalam ekonomi mikro, istilah “kegagalan pasar” tidak berarti bahwa sebuah pasar tidak lagi berfungsi. Malahan, sebuah kegagalan pasar adalah situasi dimana sebuah pasar efisien dalam mengatur produksi atau alokasi barang dan jasa ke konsumen. Ekonom normalnya memakai istilah ini pada situasi dimana inefisiensi sudah dramatis, atau ketika disugestikan bahwa institusi non pasar akan memberi hasil yang diinginkan. Di sisi lain, pada konteks politik, pemegang modal atau saham menggunakan istilah kegagalan pasar untuk situasi saat pasar dipaksa untuk tidak melayani “kepentingan publik”, sebuah pernyataan subyektif yang biasanya dibuat dari landasan moral atau sosial.
READ MORE - Materi Kuliah Pengantar Ekonomi Mikro Ilmu Ekonomi Mikro

Materi Kuliah Pengantar Bisnis Manajemen Keuangan Dan Manajemen Resiko

Pertemuan ke-14
Topik: Manajemen Keuangan dan Manajemen Resiko
Tujuan: Mahasiswa mengetahui tanggung jawab manajer keuangan, jenis pengeluaran perusahaan, sumber pembiayaan perusahaan, dan mengelola resiko.
Pokok Bahasan:
1. Menjelaskan peranan manajer keuangan
2. Membedakan antara pengeluaran jangka pendek dengan pengeluaran jangka panjang
3. Menjelaskan sumber pendanaan perusahaan
4. Menjelaskan manajemen resiko
Tugas:   Studi Kasus “Jangan Pernah Berhenti Mempedulikan Hal Kecil”
Buku Rujukan: Introduction to Business, Griffin, W.R / Ch.20

Deskripsi:
1. Menjelaskan peranan manajer keuangan
Kegiatan bisnis yang dikenal dengan keuangan atau keuangan korporasi (finance/corporate finance) umumnya menyangkut empat tanggung jawab:
  • Menentukan investasi jangka panjang perusahaan
  • Mendapatkan dana untuk membayar investasi tersebut
  • Melaksanakan kegiatan keuangan harian perusahaan
  • Membantu mengelola resiko yang diambil perusahaan
Manajer keuangan (financial manager) merencanakan  dan mengendalikan akuisisi serta menyebarkan sumber daya keuangan suatu perusahaan. Para manajer keuangan mengumpulkan dana, membayar utang, mendapatkan kredit usaha, mendapatkan pinjaman, mengendalikan saldo kas, dan melakukan perencanaan untuk kebutuhan keuangan di masa depan. Tetapi tujuan utama seorang manajer adalah untuk meningkatkan nilai perusahaan dan kekayaan pemegang saham. Sementara para akuntan menciptakan data untuk mencerminkan status keuangan perusahaan, manajer keuangan membuat keputusan untuk meningkatkan status itu. Jadi, manajer keuangan harus memastikan bahwa pendapatan suatu perusahaan lebih besar dari biayanya dengan kata lain menghasilkan laba.
Berbagai tanggung jawab manajer keuangan dalam meningkatkan kekayaan perusahaan dibagi menjadi tiga kategori umum:
  • Manajemen Arus Kas (cash flow management). Untuk meningkatkan nilai suatu perusahaan, manajer keuangan harus bahwa selalu terdapat dana yang cukup untuk mendapatkan bahan dan sumber daya manusia yang dibutuhkan untuk memproduksi barang dan jasa. Tentu saja pada saat yang sama, mungkin terdapat dana yang tidak dibutuhkan dengan segera. Dana ini harus diinvestasikan untuk menghasilkan lebih banyak uang bagi perusahaan.
  • Pengendalian Keuangan (financial control). Karena sesuatu jarang terjadi sesuai dengan yang telah direncanakan, maka manajer keuangan harus membuat penyesuaian untuk perubahan keuangan aktual yang terjadi setiap harinya. Misalnya, rencana pendapatan berdasarkan peramalan biasanya menjadi lebih tinggi atau lebih rendah dari pendapatan actual, karena penjualan biasanya tidak dapat diperkirakan. Pengendalian meliputi kegiatan memantau arus masuk pendapatan dan membuat penyesuaian keuangan yang tepat.
  • Perencanaan Keuangan (financial plan). Landasan bagi manajemen keuagan yang efektif merupakan pengembangan rencana keuangan (financial plan). Rencana keuangan menjabarkan stratgei perusahaan untuk mencapai posisi keuangan di masa depan. Dalam membuat rencana, seseorang manajer keuangan harus mengajukan beberapa pertanyaan:
§  Berapa jumlah dana yang dibutuhkan perusahaan untuk memenuhi kebutuhan yang segera?
§  Kapan perusahaan membutuhkan lebih banyak dana?
§  Di mana perusahaan mendapatkan dana untuk memenuhi kebutuhan jangka pendek dan panjangnya?
2. Membedakan antara pengeluaran jangka pendek dengan pengeluaran jangka panjang
Setiap perusahaan harus membelanjakan uang untuk bertahan hidup. Menurut rumusan yang paling sederhana, dana yang dibelanjakan untuk bahan, upah, dan bangunan pada akhirnya akan menuju ke penciptaan produk, pendapatan dan laba. Dalam perencanaan kebutuhan pendanaan, manajer keuangan harus membedakan antara dua jenis pengeluaran yang berbeda: pengeluaran (operasi) jangka pendek dan pengeluaran (modal) jangka panjang.
  • Pengeluaran (operasi ) jangka pendek. Pengeluaran jangka pendek secara teratur terjadi dalam kegiatan bisnis perusahaan setiap hari. Untuk mengelola pembiayaan ini, para manajer harus memberikan perhatian khusus pada utang dagang (account payable), piutang dagang (account receivable), dan persediaan (inventories), kebijakan kredit (credit policy). Ukuran yang digunakan oleh beberapa perusahaan dalam mengelola dana dikenal sebagai modal kerja.
  • Pengeluaran (modal) jangka panjang. Disamping membutuhkan dana untuk pengeluaran operasi, perusahaan juga membutuhkan dana untuk menutupi pengeluaran aset/aktiva tetap jangka panjang. Pengeluaran jangka panjang biasanya direncanakan secara lebih cermat dibandingkan dengan pengeluaran jangka pendek karena pengeluaran jangka panjang merupakan masalah khusus.
3. Menjelaskan sumber pendanaan perusahaan
  • Sumber dana jangka pendek
Perusahaan dapat meminta bantuan dari berbagai sumber dana yang mereka butuhkan guna membiayai operasi harian dan untuk melaksanakan rencana jangka pendek. Sumber-sumber ini ini termasuk:
§  Kredit dagang. Utang dagang tidak semata-mata merupakan pengeluaran. Mereka juga merupakan suatu sumber dana untuk perusahaan pembeli. Sebelum membayar tagihannya, pembeli telah menggunakan baik produk yang dibeli maupun harga produk. Kredit dagang memiliki beberapa bentuk: open book credit, promissory notes, trade draft.
§  Pinjaman jangka pendek dengan jaminan. Bagi sebagian perusahaan, pinjaman bank merupakan sumber pendanaan jangka pendek yang paling penting. Pinjaman semacam itu hampir selalu melibatkan surat kesanggupan yang menyebutkan bahwa peminjam berjanji untuk melakukan pembayaran kembali pinjaman ditambah bunga. Dalam pinjaman dengan jaminan (secured loan), bank juga mensyaratkan jaminan (collateral): kepentingan hukum dalam aset tertentu yang dapat disita jika pembayaran tidak seperti yang dijanjikan.
§  Anjak piutang dagang. Suatu perusahaan dapat mengumpulkan dana secara cepat dengan anjak piutang (factoring): menjual piutang dagang perusahaan tersebut. Dalam proses ini, pembeli piutang tersebut, biasanya lembaga keuangan, dikenal sebagai factor. Factor membayar beberapa persentase dari seluruh jumlah piutang dari perusahaan penjual piutang. Penjual tersebut segera mendapatkan uang ini.
§  Pinjaman jangka pendek tanpa jaminan. Dengan pinjaman tanpa jaminan (unsecured loans), peminjam tersebut tidak harus mengajukan jaminan. Akan tetapi, dalam banyak kasus bank mensyaratkan peminjam untuk menjaga suatu saldo kompensasi (compensating balance) yaitu peminjam harus mempertahankan sebagian dari jumlah pinjaman dalam bentuk simpanan bank berupa rekening tanpa bunga. Persyaratan pinjaman:jumlah, durasi, suku bunga, dan jadwal pembayaran dinegosiasikan antara bank dengan peminjam.
  • Sumber dana jangka panjang
Perusahaan membutuhkan pendanaan jangka panjang untuk membiayai pengeluaran dalam aset tetap: bangunan dan peralatan yang penting untuk menjalankan bisnis mereka. Mereka mungkin mencari dana jangka panjang melalui pembiayaan utang (yaitu, dari luar perusahaan) atau melalui pembiayaan modal (dengan mengambil sumber internal).
§  Pembiayaan Utang. Pinjaman jangka panjang dari sumber di luar perusahaan, pembiayaan utang (debt financing) merupakan suatu komponen utama dari perencanaan keuangan jangka panjang kebanyakan perusahaan. Utang jangka panjang adalah kewajiban yang dibayarkan lebih dari satu tahun setelah mereka dikeluarkan. Dua sumber utama pendanaan semacam itu adalah pinjaman jangka panjang dan penjualan obligasi korporasi.
§  Pembiayaan Ekuitas. Walaupun pembiayaan utang terkadang mempunyai daya tarik yang kuat, kadang-kadang merupakan tindakan yang lebih baik untuk mencari sumber pendanaan jangka panjang dari dalam perusahaan sendiri. Dalam perusahaan kecil, misalnya, para pendiri mungkin meningkatkan investasi pribadi dalam perusahaan mereka sendiri. Pada sebagian besar kasus, pembiayaan ekuitas (equity financing)berarti menerbitkan saham biasa atau menahan laba perusahaan. Kedua pilihan itu mencakup kegiatan membuat modal pemilik agar berfungsi.
4. Menjelaskan manajemen resiko
Resiko finansial bukanlah satu-satunya resiko yang dihadapi setiap perusahaan (dan individu). Dalam bagian ini, akan digambarkan berbagai jenis resiko lain yang dihadapi bisnis dan menganalisis beberapa cara umum untuk mengelola resiko
  • Jenis resiko
Bisnis secara konstan menghadapi dua jenis resiko (risk) dasar  yaitu, ketidak pastian tentang kejadian masa depan. Resiko spekulatif (speculative risk), seperti investasi keuangan, melibatkan untung atau rugi. Resiko murni (pure risk) melibatkan hanya kemungkinan rugi atau tidak rugi. Merancang dan mendistribusikan suatu produk baru, misalnya, merupakan resiko spekulatif. Produk mungkin gagal atau mungkin sukses dan menghasilkan laba tinggi. Sebaliknya, peluang kebakaran suatu gudang merupakan resiko murni.
Agar tetap hidup dan makmur, suatu perusahaan harus mengelola kedua jenis  resiko (risk management) sebagai penghematan daya hasil dan aset perusahaan dengan mengurangi ancaman kerugian yang disebabkan oleh kejadiaan yang tidak dapat dikendalikan.
  • Proses manajemen resiko
Dalam setiap perusahaan, setiap manajer harus waspada terhadap resiko bagi perusahaan dan dampaknya pada laba. Proses manajemen resiko biasanya memerlukan lima langkah yakni:
Langkah 1: Mengidentifikasi resiko dan potensi kerugian. Para manajer menganalisis resiko suatu perusahaan untuk mengidentifkasi potensi kerugian.
Langkah 2: Mengukur frekuensi dan parahnya kerugian serta dampaknya. Untuk mengukur frekuensi dan parahnya kerugian, para manajer harus mempertimbangkan sejarah maupun kegiatan saat ini.
Langkah 3: Mengevaluasi alternatif dan memilih teknik yang terbaik untuk menangani kerugian. Setelah mengidentifikasi dan mengukur potensi kerugian, para manajer berada dalam posisi yang lebih baik untuk memutuskan cara penagganannya. Dengan langkah ketiga ini, mereka umumnya mempunyai empat pilihan: penghindaran, pengendalian, penahanan, atau pengalihan resiko.
Langkah 4: Menerapkan program manajemen resiko. Alat penerapan keputusan manajemen resiko bergantung pada teknik yang dipilih dan kerugian yang sedang dikelola. Misalnya, penghindaran resiko untuk kegiatan tertentu dapat diterapkan dengan mendapatkan kegiatan tersebut dari penyedia luar misalnya, menyewa jasa pengiriman daripada mengoperasikan kendaraan pengiriman. Pengendalian resiko mungkin diterapkan dengan melatih karyawan dan merancang metode kerja baru dan peralatan untuk keamanan dalam bekerja. Ketiga pengalihan resiko dibutuhkan, pelaksanaan berarti memilih suatu perusahaan asuransi dan membeli polis yang tepat.
Langkah 5: Memantau hasil. Karena manajemen resiko merupakan kegiatan yang kontinu, tindak lanjut selalu menjadi hal yang penting. Jenis resiko baru, misalnya, timbul sejalan dengan perubahan pelanggan, fasilitas, karyawan, dan produk. Peraturan asuransi berubah, dan jenis asuransi yang baru menjadi tersedia. Konsekuensinya, para manajer harus secara kontinu memonitor resiko perusahaan, mengevaluasi ulang metode yang digunakan untuk menanganinya, dan mengubahnya bila perlu.
READ MORE - Materi Kuliah Pengantar Bisnis Manajemen Keuangan Dan Manajemen Resiko

Materi Kuliah Pengantar Bisnis Mengembangkan Dan Menetapkan Harga Produk

Pertemuan ke-12
Topik: Mengembangkan Dan Menetapkan Harga Produk
Tujuan: Mahasiswa mengetahui konsep produk, mengklasifikasikan barang dan jasa, pengembangan produk baru, daur hidup produk, dan penetapan harga.
Pokok Bahasan:
1. Menjelaskan produk
2. Mengidentifikasi dan membedakan produk
3. Menjelaskan pengembangan produk baru
4. Menjelaskan siklus hidup produk
5. Menjelaskan pentingnya pemberian merek, pengemasan dan pemberian label
6.  Menjelaskan tujuan dan alat penetapan harga
7. Menjelaskan strategi penetapan harga
Tugas: Studi Kasus “Diagnosis Untuk Bisnis Yang Sakit”
Buku Rujukan: Introduction to Business, Griffin, W.R / Ch.11
Deskripsi:
1. Menjelaskan produk
Dalam mengembangkan bauran pemasaran untuk setiap produk, baik barang ataupun jasa, para pemasar harus mempertimbangkan apa yang dibeli oleh konsumen sewaktu mereka membeli produk. Dengan cara itulah mereka dapat merencanakan strategi-strategi mereka secara efektif. Setiap produk merupakan paket nilai yang menyediakan manfaat-manfaat yang dapat memuaskan kebutuhan dan keinginan pelanggan. Sedangkan produk itu diklasifikasikan atas produk konsumsi maupun industri. 
2. Mengidentifikasi dan membedakan produk
Kita dapat mengklasifikasikan produk menurut calon pembeli ke dalam dua kelompok: pembeli barang barang konsumsi dan pembeli produk-produk industri.
Mengklasifikasikan Produk-produk Konsumsi. Produk-produk konsumsi umumnya dibagi menjadi tiga kategori yang mencerminkan perilaku pembeli:
·         Barang kebutuhan sehari-hari (convenience goods) seperti susu dan koran dan jasa kebutuhan sehari-hari (convenience services) seperti yang ditawarkan oleh restoran cepat saji dikonsumsi secara cepat dan berkala. Mereka relatif tidak mahal dan biasa dibeli dengan menghabiskan sedikit waktu dan usaha.
·         Barang belanja (shopping goods) seperti stereo dan ban mobil dan jasa belanja (shopping services) seperti asuransi lebih mahal dan lebih jarang dibeli dibandingkan produk konsumsi harian. Konsumen sering kali membandingkan merek-merek, terutama pada toko-toko yang berbeda. Mereka juga dapat mengevaluasi alternatif dalam hal gaya, kinerja, warna, harga, dan kriteria lainnya.
·         Barang kebutuhan khusus (specialty goods) seperti gaun dan jasa kebutuhan khusus (specialty services) seperti catering untuk resepsi pernikahan merupakan produk yang sangat penting dan mahal harganya. Konsumen biasanya dengan tepat memutuskan apa yang mereka inginkan dan tidak akan menerima pengganti. Mereka juga sering berjalan dari toko ke toko lain, kadang-kadang mengeluarkan banyak uang dan waktu untuk mendapatkan produk yang khusus.
Mengklasifikasikan Produk-produk Industri. Produk-produk industri dibagi menjadi dua kategori, masing-masing mencerminkan mengenai biayanya dan bagaimana produk-produk tersebut akan digunakan:
  • Barang biaya beban (expense item) merupakan produk atau jasa yang dikonsumsi dalam setahun oleh perusahaan yang memproduksi barang-barang lain atau menyediakan jasa lain. Expense items yang paling jelas terlihat adalah barang-barang industri yang langsung digunakan dalam proses produksi (misalnya, setumpuk teh yang diproses menjadi teh celup).
  • Barang modal (capital items) merupakan barang dan jasa yang bersifat permanen (yaitu, barang dan jasa mahal dan tahan lama). Setiap barang ini memiliki perkiraan umur lebih dari setahun dan biasanya sampai beberapa tahun. Gedung-gedung (perkatoran, pabrik), perlengkapan permanen (tangki air, oven pembakar kue), dan perlengkapan aksesoris (komputer, pesawat terbang) termasuk barang-barang modal (capital goods). Jasa modal (capital services) merupakan jasa yang dibuat untuk komitmen jangka panjang, seperti pemeliharaan gedung dan peralatan, atau jasa hukum. Karena barang-barang modal ini mahal dan jarang dibeli, maka pembelian barang-barang modal sering diputuskan oleh manajer-manajer tingkat tinggi.

3. Menjelaskan pengembangan produk baru
Untuk mengembangkan atau menganekaragamkan lini produk--untuk dapat bertahan—perusahaan harus mengembangkan dan memperkenalkan serangkaian produk baru. Dihadapkan pada persaingan dan pergeseran pilihan konsumen, tidak ada perusahaan yang dapat bergantung selamanya pada satu produk tunggal saja. Bahkan produk-produk yang telah popular selama beberapa dasawarsa selalu memerlukan pembaruan.
Tujuh tahap proses pengembangan
Untuk meningkatkan peluang mereka dalam mengembangkan produk yang sukses, banyak perusahaan menerapkan beberapa variasi dari tujuh proses tahap dasar. (Proses ini tidak seluruhnya sama untuk produsen barang dan jasa.)
1. Gagasan produk. Pengembangan produk dimulai dengan pencarian gagasan bagi produk-produk baru. Gagasan produk dapat datang dari konsumen, tim penjualan, bagian penelitian dan pengembangan (litbang), atau pegawai teknik.
2. Penyaringan. Tahap ini dirancang untuk menghilangkan seluruh gagasan produk yang tidak berhubungan dengan kemampuan atau tujuan perusahaan. Para perwakilan dari pemasaran, teknisi, dan produksi harus memberikan input pada tahap ini.
3. Pengujian konsep. Setelah gagasan disaring, perusahaan menggunakan riset pasar untuk mendapatkan input dari konsumen tentang manfaat dan harga.
4. Analisis bisnis. Setelah mengumpulkan opini konsumen, para pemasar harus melakukan perbandingan biaya produksi dan manfaat untuk melihat apakah produk tersebut memenuhi tujuan profitabilitas minimum.
5. Pengembangan prototipe. Sewaktu perusahaan telah menentukan potensi profitabilitas produk, bagian teknik atau riset dan pengembangan akan membuat prototipe.Pprototipe ini dapat menjadi sangat mahal, yang seringkali memerlukan peralatan dan pengembangan komponen yang ekstensif.
6.Pengujian produk dan uji pemasaran. Dengan menggunakan hal-hal yang dipelajari dari prototipe, perusahaan menjalankan produksi yang terbatas. Kemudian perusahaan dapat menguji produk tersebut untuk melihat apakah produknya memenuhi persyaratan kinerja. Jika ya, maka produknya akan dijual pada daerah yang terbatas. Karena kampanye promosi dan saluran distribusi harus ditetapkan untuk uji pasar, tahap ini menjadi cukup mahal.
7. Komersialisasi. Jika hasil uji pemasaran positif, perusahaan akan memulai produksi dan pemasaran berskala penuh. Komersialisasi yang bertahap, yang bertujuan menyebarkan produk tersebut ke daerah yang semakin luas, mencegah ketegangan yang semestinya tidak perlu terjadi pada kemampuan produksi awal. Sebaliknya, keterlambatan dalam komersialisasi dapat memberikan kesempatan bagi perusahaan lain untuk mengeluarkan produk saingan.
4. Menjelaskan siklus hidup produk
Bila produk mencapai pasar, dia memasuki daur hidup produk (biasa disebut daur hidup produk atau product life cycle – PLC): serangkaian tahap yang dilewati oleh produk selama masa menghasilkan laba. Bergantung pada kemampuan produk itu menarik minat dan menjaga kesetiaan para pelanggan setiap waktu, PLC nya dapat mencapai hitungan bulan, tahun, atau dekade. Produk-produk yang kuat (pemutih Clorox) memiliki daur produktif yang lama.
Tahap-tahap dalam daur hidup produk. Daur produk adalah proses alami yang dialami produk sejak lahir, tumbuh, dewasa, dan akhirnya mengalami penurunan dan mati. Empat tahap PLC diterapkan pada beberapa produk yang biasa anda temui:
  1. Perkenalan. Tahap perkenalan dimulai sewaktu produk mencapai tempat pasar. Selama tahap ini, tenaga-tenaga pemasaran berfokus pada usaha membuat konsumen potensial sadar akan keberadaan produk dan manfaatnya. Biaya promosi dan pengembangan yang sangat besar menghapus semua laba.
  2. Pertumbuhan. Jika produk baru menarik perhatian dan cukup memuaskan konsumen, penjualan mulai menanjak cepat. Selama tahap ini, produk mulai menghasilkan laba. Perusahaan perusahaan lain dalam industri akan bergerak cepat untuk memperkenalkan produk versi mereka.
  3. Dewasa. Pertumbuhan penjualan mulai melambat. Walaupun produk menghasilkan laba tertinggi di awal tahap ini, meningkatnya persaingan dapat mengakibatkan pemotongan harga dan laba yang lebih rendah. Pada akhir tahap ini, penjualan mulai jatuh.
  4. Penurunan. Selama tahap akhir, penjualan dan laba terus jatuh. Produk-produk baru dalam tahap perkenalan mengambil alih penjualan. Perusahaan membuang atau mengurangi dukungan promosi (iklan dan staf penjualan) tetapi tetap membiarkan produk tersebut beredar untuk memberikan laba tambahan.
Memperpanjang Daur Hidup Produk: Alternatif terhadap Produk-Produk Baru. Perusahaan tentu berharap dapat terus mempertahankan posisi produk dalam tahap dewasa selama mungkin. Penjualan televisi, misalnya, telah dihidupkan kembali dengan memperkenalkan perubahan seperti warna, kemudahan ungtuk dibawa, memperkecil ukurannya dan kemampuan suara stereo. Pada kenyataannya, banyak perusahaan memperpanjang daur hidup produk melalui berbagai macam cara yang kreatif. Pasar luar negeri, misalnya, memberikan tiga pendekatan untuk memperpanjang daur hidup:
  1. Dalam perluasan produk (product extension), produk yang telah ada dipasarkan secara global dalam bentuk yang sama, tanpa adanya modifikasi. Coca-Cola dan jeans Levi’s 501 merupakan contoh utama product extension internasional yang berhasil.
  2. Melalui adaptasi produk (product adaptation), produk dasar dimodifikasi agar memiliki daya tarik yang lebih besar di negara lain. Di Jerman, misalnya, menu McDonald’s mencakup bir, dan Ford menaruh kemudi di sebelah kanan untuk mobil yang diekspor ke Jepang. Karena produknya mengalami perubahan, pendekatan ini biasanya lebih mahal daripada perluasan produk.
  3. Pengenalan ulang (reintroduction) berarti membangkitkan kembali, ke pasar-pasar baru, produk produk yang telah menjadi usang dalam pasar yang lama. NCR telah melakukan pengenalan ulang mesin kasir yang dioperasikan secara manual di Amerika Latin.
Dengan demikian, awal penurunan penjualan pada tahap dewasa tidak selalu merupakan waktu untuk mulai mengabaikan produk. Sebaliknya, hal tersebut sering kali merupakan waktu yang tepat untuk mengganti pendekatan pemasaran lama dengan pendekatan baru.
5. Menjelaskan pentingnya pemberian merek, pengemasan dan pemberian label
Mengembangkan ciri khas suatu produk hanya merupakan sebagian tugas orang-orang pemasaran. Tenaga pemasaran juga harus mendorong konsumen agar memiliki produk-produk itu. Tiga alat penting untuk menyelesaikan tugas ini adalah pemberian merek, pengemasan, dan pemberian label.
·         Pemberian Merek Produk
Coca Cola merupakan merek paling terkenal di dunia. Namanya begitu berharga sehingga para eksekutifnya dengan senang hati mengatakan bahwa apabila semua aset lain perusahaan tersebut dihapuskan, mereka dapat memasuki bank mana pun dan meminjam $100 miliar untuk membangunnya kembali, hanya kekuatan nama mereknya. Nama nama merek seperti Coca Cola dan McDonald’s merupakan simbol dalam pemberian karakter produk produk dan membedakan mereka satu dengan yang lain. Pemberian merek (branding) sebenarnya merupakan proses penggunaan simbol untuk mengkomunikasikan ciri-ciri produk tertentu yang dibuat oleh produsen tertentu. Merek-merek dirancang untuk menandai kualitas yang seragam: konsumen yang mencoba dan menyukai produk dapat kembali ke produk tersebut hanya dengan mengingat namanya saja.
·         Pengemasan Produk
Dengan beberapa pengecualian (buah-buahan dan sayuran segar, baja struktural), produk produk yang akan dijual memerlukan beberapa bentuk kemasan (packaging). Pengemasan juga berperan sebagai iklan dalam toko yang dapat membuat produknya terlihat menarik, memamerkan nama mereknya, serta mengidentifikasi ciri dan manfaatnya. Pengemasan juga mengurangi resiko kerusakan, pecah, atau pembusukan serta mempersulit pencurian barang-barang berukuran kecil. Kemasan adalah wadah fisik yang memuat produk yang akan dijual, diiklankan, atau dilindungi. Kemajuan baru baru ini dalam penggunaan produk dan bahan yang siap untuk dikemas juga menciptakan peran tambahan bagi pengemasan. Bahan dari kertas yang dapat digunakan sebagai kontainer makanan telah memungkinkan makan malam berbiaya rendah di Budget Gourmet yang dapat memasuki pasar makan malam utama. Botol “anti tumpah” telah meningkatkan penjualan pemutih Clorox.
·         Pelabelan Produk
Setiap produk memiliki label pada kemasannya. Label adalah bagian dari pengemasan produk yang mengidentifikasikan nama, pabrik, dan isinya. Seperti pengemasan, pelabelan dapat membantu memasarkan produknya. Pertama, label mengindetifikasi produk atau merek, seperti terjadi pada nama-nama seperti Campbell pada kaleng atau Chiquita pada pisang. Label juga mempromosikan produk dengan menarik perhatian konsumen: warna dan grafik yang menarik memberikan petunjuk visual bagi produk yang sesungguhnya mungkin tidak terlalu diperhatikan di rak. Akhirnya label juga menggambarkan produk: memberikan informasi tentang kandungan nutrisi, petunjuk penggunaan cara membuang yang tepat, dan keamanan.
6. Menjelaskan tujuan dan alat penetapan harga
Dalam pengembangan produk, para manajer memutuskan produk apa yang akan ditawarkan perusahaan kepada konsumennya. Dalam penetapan harga, komponen utama kedua dari bauran pemasaran, para manajer memutuskan berapa yang akan diterima perusahaan sebagai imbalan dari produk-produknya.
Penetapan Harga untuk Memenuhi Tujuan Bisnis
Perusahaan seringkali memberi harga produknya untuk memaksimalkan laba, namun mereka sering berharap untuk memenuhi tujuan penetapan harga (pricing objective) yang lain juga. Beberapa perusahaan ingin mendominasi pasar atau mempertahankan pangsa pasar yang tinggi. Keputusan penetapan harga juga dipengaruhi oleh kebutuhan untuk dapat tetap bertahan dalam pasar yang bersaing, melalui kepedulian sosial dan etika, dan bahkan melalui citra korporasi.
  1. Tujuan Memaksimalkan Laba. Penetapan harga untuk memaksimalkan laba merupakan hal yang rumit. Apabila harga ditetapkan terlalu rendah, perusahaan mungkin akan menjual banyak unit produknya tetapi kemungkinan akan gagal meraih kesempatan untuk membuat laba tambahan pada setiap unitnya (dan tentunya dapat kehilangan uang dalam setiap pertukaran). Sebaliknya, bila harga-harga ditetapkan terlalu tinggi, perusahaan akan mendapat laba yang besar pada setiap barangnya tetapi akan menjual unitnya dalam jumlah yang lebih sedikit. Sekali lagi perusahaan, akan kehilangan uang. Selain itu, perusahaan akan mengalami kelebihan persediaan dan mungkin harus mengurangi atau bahkan menutup usaha produksinya. Untuk menghindari masalah-masalah ini, perusahaan-perusahaan mencoba menetapkan harga agar mampu menjual sejumlah unit yang akan menghasilkan laba total tertinggi yang mungkin dapat dicapai. Dalam menghitung laba, para manajer mempertimbangkan biaya bahan produksi dan tenaga kerja. Akan tetapi, mereka juga mempertimbangkan sumber daya modal terkait (pabrik dan perelengkapannya) yang harus dimiliki perusahaan untuk menghasilkan tingkat laba itu. Biaya pemasaran (seperti membayar sejumlah staf penjualan) dapat juga menjadi tinggi. Untuk menggunakan sumber daya ini secara efisien, banyak perusahaan menetapkan harga untuk mencapai tingkat return on sales atau investasi modal yang ditargetkan.
  2. Tujuan Pangsa Pasar. Dalam jangka panjang, perusahaan harus mendapatkan laba untu dapat tetap bertahan. Akan tetapi, banyak perusahaan awalnya menetapkan harga rendah untuk produk-produk baru. Karena mereka ingin menerima sedikit laba, bahkan merugi, untuk mendapatkan pembeli yang mau mencoba produknya, mereka menggunakan penetapan harga untuk meraih pangsa pasar (market share) persentase dari total penjualan pasar bagi perusahaan tertentu untuk jenis produk tertentu. Bahkan bagi produk-produk yang telah mapan, pangsa pasar sebagai tujuan penetapan harga dapat menjadi lebih besar bobotnya daripada pertimbangan memaksimalkan laba. Untuk produk seperti Philadelphia Brand Cream Cheese, mendominasi suatu pasar berarti konsumen kemungkinan besar akan membeli produk tersebut karena mereka merasa tidak asing lagi dengan produk yang terkenal dan sering terlihat. Dominasi pasar berarti penjualan lebih banyak unit secara kontinu, dan dengan demikian, mendapatkan laba yang lebih tinggi meskipun pada harga per unit yang lebih rendah.
·         Alat-alat Penetapan Harga
Apa pun tujuan perusahaan, para manajer harus mengukur potensi dampak sebelum memutuskan harga akhir. Dua alat dasar yang sering digunakan untuk tujuan ini: penetapan harga berorientasi biaya, dan analisis titik impas. Kedua alat ini digabung untuk mengidentifikasi harga-harga yang memungkinkan perusahaan dapat meraih tujuannya.
  1. Penetapan Harga Berorientasi Biaya (cost oriented pricing)
Penetapan harga berorientasi biaya mempertimbangkan kebutuhan untuk menutupi biaya-biaya produksi. Seorang manajer toko musik, akan menetapkan harga CD dengan cara menghitung biaya menjadikan CD tersedia bagi para pembelanja. Harganya akan mencakup sewa toko, upah karyawan, listrik, poster produk, asuransi, dan tentu saja, biaya membeli CD dari produsennya. 
Kita asumsikan bahwa biaya dari produsen adalah $8,00 per CD. Jika menjual CD dengan harga $8 ini, toko tersebut tidak mendapatkan keuntungan apa pun. Selain itu toko tersebut tidak pula menghasilkan laba apabila menjual CD sebesar $8,50 per buahnya atau bahkan $10,00 atau $11,00. Kita harus menetapkan harga yang cukup agar mampu menutupi biaya produksi dan biaya lain untk menghasilkan laba. Semua faktor ini bersama-sama membentuk markup. Dalam kasus ini, markup yang masuk akal sebesar $7,00 atas biaya-biayanya akan menghasilkan harga penjualan sebesar $15,00. Markup biasanya ditentukan sebagai persentase dari harga penjualan. Jadi, persentase markup dihitung sebagai berikut:
Dari setiap dolar yang diambil, 46,7 sen akan menjadi laba bruto untuk toko tersebut. Dari laba ini, tentunya, toko tersebut harus membayar sewa, listrik, asuransi, dan biaya-biaya lainnya. Markup dapat juga dilihat sebagai persentase dari biaya: Markup $7 merupakan 87,5 persen dari biaya $8 untu satu CD ($7/$8).
  1. Analisis Titik Impas (break event analysis)
Jika menggunakan penetapan harga berorientasi biaya, perusahaan akan menutup biaya variabel: biaya yang berubah sejalan dengan jumlah barang atau jasa yang diproduksi dan dijual. Penetapan harga itu juga dapat menutup beberapa pengeluaran yang berupa biaya tetap: biaya yang tidak dipengaruhi oleh jumlah barang atau jasa yang diproduksi atau dijual. Tetapi berapa banyak unit yang harus dijual perusahaan sebelum seluruh biaya, baik biaya tetap maupun variabel, tertutupi dan produk itu mulai menghasilkan laba? Bagaimana jika terlalu sedikit unit yang dijual? Dan apa yang terjadi jika penjualan lebih besar dari yang diharapkan? Jawabannya bergantung biaya, harga jual, dan jumlah unit yang dijual. Analisis titik impas (break even analysis) menaksir biaya versus pendapatan untuk berbagai volume penjualan. Analisis itu menunjukkan, pada harga jual tertentu apapun, hasil keuangan jumlah rugi dan laba untuk masing-masing volume penjualan yang mungkin.
Melanjutkan pada contoh toko musik kita tadi, asumsikanlah lagi bahwa biaya variabel untuk setiap CD (dalam kasus ini, biaya membeli CD dari produsen) adalah $8. Hal ini berarti bahwa biaya variabel tahunan toko ini bergantung pada seberapa banyak CD yang terjual, jumlah CD yang terjual dikalikan biaya $8 per buahnya. Katakanlah biaya tetap untuk memelihara toko untuk buka selama satu tahun adalah $100.000. Biaya ini tidak dipenggaruhi oleh jumlah CD yang terjual. Biaya untuk penerangan, sewa, asuransi, dan gaji biasanya stabil, tidak peduli berapa banyak CD yang terjual. Oleh karena itu, yang ingin kita ketahui adalah: berapa banyak CD yang harus dijual sehingga pendapatan itu bisa menutup biaya tetap sekaligus biaya variabel? Jawabannya adalah titik impas (breakeven point), yaitu 14.286 CD. Kita mendapatkan angka ini melalui persamaan berikut ini:
Apabila toko itu menjual kurang dari 14.286 CD, maka toko tersebut merugi untuk tahun itu. Apabila penjualan melebihi 14.286 CD, labanya tumbuh sampai $7 untuk setiap CD. Apabila toko itu menjual tepat 14.286 CD, maka toko tersebut dapat menutupi senua biayanya, tetapi belum memperoleh laba (zero profit).

7. Menjelaskan strategi penetapan harga
Alat-alat penetapan harga yang telah dibahas sebelumnya sangat membantu para manajer menetapkan harga barang-barang tertentu. Akan tetapi, alat-alat itu tidak membantu dalam menetapkan filosofi penetapan harga. Pada bagian ini membahas strategi penetapan harga yaitu: penetapan harga sebagai kegiatan perencanaan.

Strategi Penetapan Harga
Seberapa penting penetapan harga sebagai elemen bauran pemasaran dan perencanaan pemasaran? Karena memiliki dampak yang langsung dan jelas terlihat pada pendapatan, penetapan harga menjadi sangat penting bagi keseluruhan bauran pemasaran. Lagi pula, penetapan harga tersebut merupakan alat yang sangat fleksibel: Lebih mudah untuk mengubah harga-harga daripada mengubah produk atau jaringan distribusi. Dalam bagian ini berfokus pada cara-cara strategi penetapan harga dalam produk-produk baru maupun yang sudah beredar dapat menghasilkan perbedaan harga untuk setiap produk-produk yang serupa.
·         Penetapan Harga Produk yang telah Beredar
Perusahaan memiliki tiga pilihan dalam penetapan harga produk-produk yang telah beredar:
  1. Penetapan harga di atas harga pasar yang berlaku bagi produk-produk serupa
  2. Penetapan harga di bawah harga pasar
  3. Penetapan harga pada atau di dekat harga pasar
Penetapan harga di atas harga pasar memanfaatkan asumsi umum bahwa harga yang lebih mahal berarti memiliki kualitas yang lebih baik, misal jam tangan Patek Phillipe menetapkan harga tinggi dengan mempromosikan prestise dan citra kualitas. Sebaliknya perusahaan sewa mobil Budget dan Dollar mempromosikan dirinya sebagai produk-produk alternatif berharga rendah dibandingkan dengan Hertz dan Avis. Penetapan harga di bawah harga pasar yang berlaku dapat berhasil apabila suatu perusahaan dapat menawarkan produk yang kualitasnya dapat diterima, sambil menjaga biaya-biayanya di bawah harga pesaing.
·         Penetapan Harga Produk Baru
Perusahaan yang memperkenalkan produk-produk baru seringkali harus memilih antara dua pilihan kebijakan penetapan harga: harga yang sangat tinggi atau harga yang sangat rendah. Penetapan Harga Mengapung (price skimming) menetapkan harga tinggi pada mulanya untuk menutup biaya dan menghasilkan laba, dapat menghasilkan banyak laba dari setiap barang yang dijual. Pendapatan uang tunai seringkali  diperlukan untu menutupi biaya-biaya pengembangan dan perkenalan. Penetapan harga mengapung hanya berfungsi apabila tenaga pemasaran dapat menyakinkan konsumen bahwa produknya sangat berbeda dari produk lain yang telah ada di pasaran. Sebaliknya Penetapan Harga Penetrasi menetapkan harga awal rendah agar dapat mendukung produk baru di pasar berupaya menciptakan minat konsumen dan merangsang untuk mencoba membeli.
READ MORE - Materi Kuliah Pengantar Bisnis Mengembangkan Dan Menetapkan Harga Produk

Materi Kuliah Pengantar Bisnis Memotivasi Dan Memimpin Karyawan

Pertemuan ke-10
Topik: Memotivasi Dan Memimpin Karyawan
Tujuan: Mahasiswa mengetahui pentingnya kepuasan dan semangat kerja, teori motivasi karyawan, strategi meningkatkan kepuasan dan semangat kerja, dan gaya kepemimpinan manajerial.
Pokok Bahasan
1. Pentingnya Kepuasan dan Semangat Kerja
2. Motivasi di Lingkungan Kerja
3. Strategi untuk Meningkatkan Kepuasan dan Semangat Kerja
4. Gaya Manajerial dan Kepemimpinan

Tugas: Studi Kasus “Mengembalikan P&G Ke Jalan Yang Benar”
Buku Rujukan: Introduction to Business, Griffin, W.R / Bab.9
Deskripsi:
1.      Pentingnya Kepuasan dan Semangat Kerja
Secara umum, kepuasan kerja (job satisfaction) adalah tingkatan kenikmatan yang diterima orang dari melakukan pekerjaan mereka. Apabila orang menikmati pekerjaan mereka, mereka cukup puas, bila mereka tidak menikmati pekerjaan mereka, mereka kurang puas. Dengan demikian karyawan yang puas cenderung mempunyai semangat kerja (morale): keseluruhan sikap karyawan terhadap lingkungan kerja mereka-yang tinggi. Semangat kerja mencerminkan sejauh mana mereka merasa bahwa kebutuhan mereka terpenuhi oleh pekerjaan mereka. Semangat kerja ditentukan oleh berbagai macam faktor, yang meliputi kepuasan kerja dan kepuasan atas berbagai faktor seperti upah, tunjangan, rekan-rekan kerja, dan kesempatan mendapatkan promosi.
Perusahaan dapat meningkatkan semangat dan kepuasan kerja karyawan dengan berbagai cara. Contohnya, beberapa perusahaan besar telah melaksanakan program-program yang lingkupnya mencakup seluruh perusahaan dan didesain untuk memperhatikan kebutuhan-kebutuhan karyawan.
Para manajer di Hyatt Hotel melaporkan bahwa dengan sering melakukan survey terhadap sikap karyawan, mengumpulkan masukan karyawan, dan yang lebih penting bertindak berdasarkan masukan-masukan tersebut, perusahaan akan mendapatkan keunggulan dalam merekrut dan mempertahankan para pekerjanya yang produktif.
Apabila para pekerja puas dan memiliki semangat kerja tinggi, organisasi mendapat berbagai macam manfaat. Contohnya, bila dibandingkan dengan para pekerja yang tidak puas, karyawan yang puas akan lebih berkomitmen dan setia. Karyawan-karyawan seperti itu kemungkinan besar akan bekerja lebih keras dan memberikan sumbangan yang berharga bagi organisasi. Disamping itu, mereka cenderung tidak terlalu banyak mengeluh dan lebih sedikit yang berperilaku negatif (mengeluh, secara sengaja memperlambat kerja mereka, dan sebagainya) dibandingkan dengan rekan-rekannya yang kurang puas. Akhirnya, para pekerja yang puas cenderung tidak saja datang untuk bekerja tiap hari tetapi tetap bertahan di dalam organisasinya. Dengan meningkatkan kepuasan dan semangat kerja mereka, berarti manajemen berusaha menjamin pelaksanaan operasi yang lebih efisien.
Sebaliknya, biaya atas ketidakpuasan dan rendahnya semangat kerja sangatlah tinggi. Para pekerja yang tidak puas mungkin lebih sering absen dengan alasan gangguan kesehatan yang tidak berarti, alasan-alasan pribadi, atau rasa keengganan untuk pergi bekerja. Semangat kerja yang rendah juga dapat mengakibatkan tingginya tingkat perputaran karyawan (turnover): Persentase angkatan kerja organisasi yang keluar yang harus diganti. Tingkat perputaran karyawan yang tinggi mempunyai konsekuensi negatif, yang meliputi gangguan jadwal produksi, biaya pelatihan yang tinggi, dan produktivitas berkurang. Dilain pihak tingkat perputaran karyawan yang sedang bisa bermanfaat: Organisasi dapat menghilangkan pekerjaaan dari karyawan yang berkinerja rendah dan/atau membawa gagasan baru dan bakat yang segar.
2.      Motivasi Di Lingkungan Kerja
Walaupun kepuasan kerja dan semangat kerja merupakan hal yang penting, motivasi karyawan merupakan faktor yang bahkan lebih penting bagi keberhasilan perusahaan. Motivasi merupakan salah satu bagian dari fungsi manajerial pengarahan (directing). Secara umum, motivasi didefenisikan sebagai serangkaian kekuatan yang menyebabkan orang berperilaku dalam cara tertentu. Seorang pekerja mungkin termotivasi untuk bekerja keras dan berproduksi sebanyak mungkin, sementara yang lainnya mungkin termotivasi untuk berproduksi secukupnya saja.
Selama bertahun-tahun, banyak bermunculan teori dan penelitian yang berusaha membahas masalah-masalah itu. Dalam bagian ini, kita akan menelusuri penelitian dan teori utama mengenai motivasi karyawan. Kita kan berfokus pada tiga pendekatan hubungan antar manusia di lingkungan kerja yang mencerminkan kronologi pemikiran dasar dalam bidang itu: (1) teori klasik dan manajemen ilmiah, (2) teori perilaku, dan (3) teori motivasi kontemporer.
1.      Teori Klasik
Menurut teori motivasi klasik, para pekerja termotivasi semata-mata oleh uang. Dalam buku yang menjadi rujukan banyak pakar lain, The Principles of Scientific Management, seorang insinyur industri Frederick Taylor mengusulkan cara perusahaan dan para pekerja memanfaatkan cara pandang kehidupan di lingkungan kerja. Usulannya telah diterima oleh masyarakat luas. Apabila para pekerja termotivasi oleh uang, menurut Taylor, membayar mereka lebih banyak akan mendorong mereka berproduksi lebih banyak pula. Sementara itu, perusahaan yang menganalisis pekerjaan dan menemukan cara yang lebih baik untuk mengerjakannya dapat memproduksi barang-barang dengan lebih murah, memperoleh laba yang lebih banyak, dan karenanya perusahaan membayar serta memotivasi para pekerja lebih baik daripada pesaingnya.
Pendekatan Taylor dikenal sebagai manajemen ilmiah (scientific management). Ide-idenya menangkap khayalan banyak manajer di awal abab kedua puluh. Dengan segera, pabrik-pabrik di seluruh pelosok Amerika Serikat mempekerjakan ahli-ahli untuk melakukan penelitian waktu dan gerakan (time and motion studies): Teknik-teknik rekayasa industri yang diaplikasikan pada tiap-tiap aspek atau bagian pekerjaan agar dapat menentukan cara melakukan pekerjaan tersebut secara lebih efisien. Penelitian-penelitian itu merupakan usaha-usaha ilmiah pertama yang berusaha merinci pekerjaan menjadi komponen-komponen yang mudah diulang serta mencari alat dan mesin yang efisien untuk melakukannya.
2.      Teori Perilaku: Penelitian Hawthorne
Pada tahun 1925, sekelompok peneliti dari Harvard memulai penelitian di Hawthorne Works of Western Electric di luar kota Chicago. Dengan tujuan meningkatkan produktivitas, mereka ingin mengamati hubungan antara perubahan lingkungan fisik dan output para pekerja.
Hasil eksperimen tersebut tidak terduga, bahkan membingungkan. Contohnya, meningkatnya penerangan juga memperbaiki produktivitas. Lebih jauh lagi, berlawanan dengan semua perkiraan, kenaikan upah gagal meningkatkan produktivitas. Perlahan-lahan, para peneliti berhasil memecahkan  teka teki tersebut. Penjelasannya terletak pada reaksi para pekerja terhadap perhatian yang mereka terima. Para peneliti menyimpulkan bahwa produktivitas akan meningkat sebagai tanggapan atas semua tindakan manajemen yang dinilai oleh para pekerja sebagai perhatian khusus. Penemuan itu yang sekarang dikenal luas sebagai efek Hawthorne (Hawthorne effect)---mempunyai pengaruh besar pada teori hubungan manusia, walaupun dalam banyak kasus, teori itu hanya bertujuan menyakinkan para manajer bahwa mereka harus lebih banyak memperhatikan para karyawannya.
3.      Teori Motivasi Kontemporer
Berdasarkan penelitian Hawthorne, para manajer dan peneliti lebih berfokus pada pentingnya hubungan manusia dalam memotivasi kinerja karyawan. Dengan berfokus pada faktor-faktor yang dapat menyebabkan, emusnahkan, dan mempertahankan perilaku pekerja, hampir semua pembuat teori motivasi membahas cara manajemen menganggap dan memperlakukan para karyawannya. Teori motivasi utama mencakup model sumber daya manusia, hierarki kebutuhan, teori dua faktor, teori pengharapan (ekspektansi), dan teori keadilan.
§  Model Sumber Daya Manusia: Teori X dan Y
Dalam suatu penelitian yang penting, ilmuwan prilaku Douglas McGregor menyimpulkan bahwa para manajer mempunyai kepercayaan yang sangat berbeda mengenai cara terbaik menggunakan sumber daya manusia suatu perusahaan. Ia mengklasifikasikan keyakinan itu ke dalam serangkaian asumsi yang ia beri label “Teori X” dan “Teori Y”.
Para manajer yang menganut Teori X cenderung menyakini kebenaran asumsi bahwa orang bersifat malas dan tidak mau bekerja sama dan oleh karenanya harus dihukum atau diberi imbalan (rewards) agar mereka menjadi produktif. Para manajer yang menganut teori Y, sebaliknya cenderung percaya bahwa orang-orang pada dasarnya energik, berorientasi ke perkembangan, memotivasi diri sendiri, dan tertarik untuk menjadi produktif.
§  Model Hierarki Kebutuhan Maslow
Model hierarki kebutuhan (hierarchy of needs model) dari seorang psikolog, Abraham Maslow, menyatakan bahwa orang mempunyai sejumlah kebutuhan yang berbeda-beda yang mereka coba penuhi dari pekerjaan mereka. Ia mengklasifikasikan kebutuhan-kebutuhan itu menjadi lima tipe dasar dan menyarankan agar kebutuhan itu disusun menurut hierarki prioritas seperti yang terlihat di Gambar 9.1.
Menurut Maslow, Kebutuhan merupakan hal yang bertingkat-tingkat karena kebutuhan yang tingkatannya rendah harus sudah dipenuhi sebelum sebelum seseorang mencoba memuaskan kebutuhan yang tingkatannya lebih tinggi.
Setelah serangkaian kebutuhan dipenuhi, kebutuhan itu berhenti memotivasi perilaku. Itulah arti dari kebutuhan yang bersifat hierarkis dari tingkatan yang rendah ke yang lebih tinggi dalam mempengaruhi motivasi dan kebutuhan karyawan. Contohnya, jika Anda merasa aman dalam pekerjaan Anda, rencana pensiun yang baru mungkin tidak terlalu penting bagi Anda jika dibandingkan dengan kesempatan mencari kawan-kawan baru dan memasuki jaringan informal di antara rekan kerja Anda.
Akan tetapi, jika kebutuhan tingkatan rendah mendadak tidak terpenuhi, hampir semua orang segera berfokus kembali ke tingkatan rendah tersebut. Contohnya, misalkan saja Anda mencari cara untuk memenuhi kebutuhan harga diri Anda dengan bekerja sebagai manajer divisi di suatu perusahaan besar. Jika Anda mengetahui bahwa divisi Anda dan, akibatnya pekerjaan Anda mungkin akan dihapuskan, Anda mungkin melihat kepastiaan keamaan kerja di perusahaan yang baru dapat memotivasi Anda sekuat promosi yang terjadi sebelumnya di perusahaan lama Anda.
§  Teori Dua Faktor
Setelah mengamati sekelompok akuntan dan insinyur, psikolog bernama Frederick Herzberg menyimpulkan bahwa kepuasan dan ketidakpuasan kerja bergantung pada dua faktor: faktor-faktor higienis, seperti kondisi kerja, dan faktor-faktor motivasi, seperti pengakuan atas pekerjaan yang telah diselesaikan dengan baik.
Menurut teori dua faktor (two-factors theory), faktor-faktor higienis mempengaruhi motivasi dan kepuasan hanya jika faktor itu tidak dapat atau gagal memenuhi harapan-harapan. Contohnya, para pekerja akan menjadi tidak puas bila mereka percaya bahwa mereka berada dalam kondisi tempat kerja yang menyedihkan. Akan tetapi, bila kondisi tempat kerjanya membaik, mereka tidak harus menajdi puas, mereka hanya tidak merasa tidak puas. Sebaliknya, apabila para pekerja tidak menerima pengakuan atas pekerjaan yang sukses, mereka mengalami ketidakpuasan sekaligus tidak mengalami kepuasan. Bila mereka diberi pengakuan, mereka kemungkinan besar menjadi lebih puas.
Gambar 9.2 menggambarkan teori dua faktor. Perhatikan bahwa faktor-faktor motivasi terletak di antara dua kondisi yaitu kepuasan (satisfaction) dan tidak ada kepuasan (no satisfaction). Sebaliknya, faktor-faktor higienis lebih mungkin menimbulkan perasaan yang terletak pada rentang ketidakpuasaan (dissatisfaction) dan tidak ada ketidakpuasan (no satisfaction).  Faktor motivasi berhubungan langsung dengan pekerjaan yang dilakukan oleh para karyawan, sedangkan faktor higienis mengacu pada lingkungan tempat mereka melakukannya.
§  Teori Ekspektansi
Teori Ekspektansi (expectancy theory) menyatakan bahwa orang-orang termotivasi bekerja karena ingin mendapatkan imbalan yang mereka inginkan dan bahwa mereka percaya mereka mempunyai peluang atau harapan (ekspektansi) yang masuk akal untuk meraihnya. Imbalan yang sepertinya berada di luar jangkauan mungkin tidak diinginkan bahkan jika imbalan itu pada hakikatnya positif.
Teori ekpektansi juga membantu menjelaskan mengapa beberapa orang tidak bekerja sekeras mungkin ketika gaji mereka semata-mata didasarkan pada senioritas. Karena mereka memperoleh bayaran yang sama, tanpa melihat apakah mereka bekerja keras atau hanya sedang-sedang saja, tidak ada insentif keuangan bagi mereka untuk bekerja lebih keras. Dengan kata lain, mereka bertanya kepada diri mereka sendiri, “Apabila saya bekerja lebih keras, apakah saya akan diberi kenaikan upah?” dan menyimpulkan bahwa jawabannya tidak. Serupa halnya, apabila kerja keras akan mengakibatkan satu atau lebih hasil yang tidak diinginkan---katakanlah, transfer ke lokasi lain atau kenaikan jabatan ke pekerjaan yang memerlukan banyak bepergian---para karyawan tidak termotivasi untuk bekerja lebih keras.
§  Teori Keadilan
Teori Keadilan (equity theory) menyatakan bahwa orang-orang mengevaluasi perlakuan organisasi terhadap mereka dibandingkan dengan perlakuan organisasi terhadap orang-orang lain. Pendekatan itu beranggapan bahwa orang akan memulai dengan menganalisis masukan atau input (apa yang mereka sumbangkan ke pekerjaan mereka berupa waktu, usaha, pendidikan, pengalaman, dan sebagainya) dibandingkan dengan keluaran atau ouput (apa yang mereka dapatkan---gaji, fasilitas, pengakuan, keamanan). Hasilnya adalah nisbah (rasio) sumbangan (contribution) terhadap perolehan (return). Kemudian mereka membandingkan nisbah mereka sendiri dengan nisbah karyawan-karyawan lainnya; mereka menanyakan apakah nisbahnya sama dengan, lebih besar, atau kurang dari orang-orang yang mereka bandingkan dengan dirinya sendiri. Bergantung pada hasil penilaian tersebut, mereka akan merasa diperlakukan secara adil atau tidak adil (inequity). Ketika orang-orang merasa bahwa mereka tidak diperlakukan secara adil, mereka mungkin akan melakukan berbagai hal untuk memwujudkan kembali keadilan. Contohnya, mereka mungkin akan meminta kenaikan gaji, mengurangi usaha mereka, bekerja dengan waktu yang lebih pendek, atau hanya mengeluh kepada bos mereka. Mereka mungin mencari-cari alasan, mencari orang-orang lain yang bisa dijadikan perbandingan, atau meninggalkan pekerjaan mereka.
3.      Strategi Untuk Meningkatkan Kepuasan dan Semangat Kerja
Memutuskan hal apa yang memberikan kepuasan kerja dan memotivasi para pekerja hanyalah salah satu bagian dari manajemen sdm. Bagian lainnya adalah menerapkan pengetahuan tersebut. Para ahli menyarankan---dan banyak perusahaan telah mengimplementasikannya---berbagai jenis program yang dirancang untuk membuat  pekerjaan menjadi lebih menarik dan lebih banyak memberikan imbalan, untuk membuat lingkungan kerja menjadi lebih menyenangkan dan memotivasi karyawan untuk bekerja lebih keras.
§  Teori Reinforcement/ Modifikasi Perilaku
Banyak perusahaan mencoba mengontrol atau bahkan memodifikasi perilaku para pekerja melalui imbalan dan hukuman yang sistematis atas perilaku tertentu. Dengan kata lain, mereka mencoba menetapkan dulu perilaku tertentu yang harus diperlihatkan oleh karyawan (bekerja keras, ramah kepada pelanggan, menekankan kualitas) dan perilaku tertentu yang ingin mereka hapuskan (membuang-buang waktu, kasar kepada pelanggan, mengabaikan kualitas). Kemudian mereka mencoba membentuk perilaku karyawan dengan menghubungkan pemberian reinforcement (penguatan) dengan perilaku yang diinginkan, dan hukuman dengan perilaku yang tidak diinginkan.
Reinforcement digunakan ketika perusahaan membayar imbalan per hasil (piecework rewards) yaitu ketika para pekerja dibayar perhasil atau per produk yang terselesaikan. Dalam strategi reinforcement, imbalan mengacu ke semua hal positif yang didapatkan oleh orang-orang dari bekerja (gaji, pujian, promosi, kepastian kerja, dan lain-lain). Ketika pemberian imblan dikaitkan langsung dengan kinerja, pemberian itu berlaku sebagai positive reinforcement (penguatan positif). Sebagai contoh, memberikan bonus berupa uang tunai yang besar kepada para penjual, yang berhasil melebihi target mendorong mereka bekerja lebih keras lagi pada masa penjualan berikutnya.
Hukuman (punishment) dirancang untuk mengubah perilaku dengan cara memberikan akibat yang tidak menyenangkan jika orang-orang gagal mengubah perilakunya menjadi perilaku yang dinginkan. Sebagai contoh, karyawan yang sering kali datang terlambat mungkin akan diskors atau ditangguhkan pembayaran gajinya.
Imbalan yang diberikan secara besar-besaran dikatakan berhasil apabila orang-orang mempelajari perilaku yang baru, atau pekerjaan yang baru. Sejalan dengan bertambah terampilnya pekerja, imbalan dapat lebih jarang digunakan. Karena tindakan-tindakan seperti itu memberikan sumbangan pada hubungan karyawan majikan secara positif, para manajer umumnya lebih menyukai pemberian imbalan dan pemberian nilai positif atas kinerja. Sebaliknya, hampir semua manejer tidak menyukai pemberian hukuman, karena hal itu bisa mengakibatkan para pekerja bereaksi dengan kemarahan, ketidaksukaan, permusuhan, atau bahkan pembalasan. Untuk mengurangi resiko itu, banyak manajer memasangkan hukuman dengan imbalan untuk mendapatkan perilaku yang baik dari sifatnya.
§  Manajemen Berdasarkan Tujuan
Manajemen berdasarkan tujuan (management by objectives/ MBO) merupakan sistem penetapan sasaran secara bersama-sama dari atas sampai bawah suatu organisasi. Sebagai teknik untuk mengelola proses perencanaan, manajemen berdasarkan tujuan secara garis besar mengkhususkan diri dalam membantu para manajer mengimplementasikan dan melaksanakan rencana mereka. Akan tetapi seperti yang Anda lihat dalam Gambar 9.5, manajemen berdasarkan tujuan memerlukan serangkaian prosedur yang melibatkan para manajer dan bawahannya dalam menetapkan sasaran dan mengevaluasinya kemajuannnya. Setelah program tersebut dipersiapkan, langkah pertamanya adalah menetapkan sasaran organisasi secara keseluruhan. Sasaran itu pulalah yang pada akhirnya akan dievaluasi untuk menentukan keberhasilan program tersebut. Akan tetapi, pada saat yang bersamaan, kegiatan kolaboratif: berkomunikasi, bertemu, mengontrol dan sebagainya, merupakan kunci dari manajemen berdasarkan tujuan. Oleh karenanya, kegiatan kolaboratif juga dapat berguna sebagai program untuk meningkatkan kepuasan kerja dan motivasi.
§  Manajemen Partisipatif dan Pemberdayaan
Dalam manajemen partisipatif dan pemberdayaan, karyawan diberikan pilihan mengenai cara mereka melakukan pekerjaan mereka dan cara perusahaan dikelola, mereka diberdayakan untuk mengambil tanggung jawab yang lebih besar atas kinerja mereka sendiri. Tidak mengherankan, bahwa partisipasi dan pemberdayaan membuat para karyawan merasa lebih berkomitmen terhadap sasaran organisasi, karena mereka sendirilah yang membantu membentuknya.
4.      Gaya Manajerial dan Kepemimpinan
Dalam usaha memperbaiki semangat, kepuasan, dan motivasi kerja, para manajer dapat menggunakan berbagai gaya kepemimpinan. Kepemimpinan (leadership) adalah proses memotivasi orang lain agar bekerja mencapai tujuan-tujuan tertentu. Memimpin adalah salah satu aspek kunci pekerjaan manajer dan salah satu komponen penting fungsi pengarahan. Teori-teori awal mengenai kepemimpinan mencoba mengidentifikasikan sifat dasar yang terkait dengan pemimpin-pemimpin yang kuat. Contohnya adalah penampilan fisik, kepandaian, dan keahlian berbicara di publik pernah dianggap sebagai “modal dasar pemimpin”. Memang, pernah dipercaya bahwa orang-orang yang tinggi adalah pemimpin yang lebih baik  daripada orang-orang yang pendek. Akan tetapi, pendekatan sifat dasar itu terbukti merupakan alat prediksi yang buruk atas potensi kepemimpinan. Akhirnya, perhatian pun berpindah dari sifat dasar manajer ke perilaku mereka, atau gaya manajerial: pola perilaku yang diperlihatkan manajer dalam menghadapi bawahan-bawahannya. Gaya-gaya manajerial tersebut beraneka ragam, mulai dari otokratis, ke demokratis, lalu ke wewenang penuh. Tentu saja hampir semua manajer tidak berpegang hanya pada satu gaya. Tiga tipe gaya utama ini melibatkan beragam tanggapan terhadap masalah-masalah hubungan manusia. Pada kondisi yang berbeda, satu macam atau kombinasinya dapat terbukti memadai.
§  Para manajer yang menerapkan gaya otokratis (autocratic style) umumnya memberikan perintah dan mengharapkan mereka dipatuhi tanpa ragu-ragu. Tentu saja, komandan militer lebih menyukai dan umumnya membutuhkan) gaya otokratis di medan pertempuran. Karena tidak ada orang lain yang diajak konsultasi, gaya otokrasi memungkinkan pembuatan keputusan yang cepat. Jadi gaya tersebut akan berguna dalam kondisi pengujian keefektifan suatu perusahaan terhadap pesaing yang berdasarkan pada waktu (time based competitor).
§  Para manajer yang menerapkan gaya demokratis (democratic style) umumnya meminta masukan dari bawahan-bawahannya sebelum membuat keputusan, tetapi mereka tetap memegang kekuatan akhir dalam pembuatan keputusan. Contohnya, seorang manajer mungkin meminta anggota kelompok lainnya untuk mewawancarai dan menawarkan pendapat mengenai sekelompok pelamar. Akan tetapi, manajer itu sendiri yang pada akhirnya akan membuat keputusan terakhir.
§  Para manajer yang menerapkan gaya wewenang penuh (free-rein style) umumnya berperan sebagai penasihat bagi bawahan yang diperbolehkan membuat keputusan.
Menurut banyak pengamat, gaya kepemimpinan wewenang penuh menghasilkan pendekatan yang menekankan masukan karyawan keseluruhan ke dalam pembuatan keputusan dan membantu perkembangan lingkungan kerja di mana karyawan semakin banyak menentukan apa yang harus dilakukan dan bagaimana melakukannya.
Tanpa mengabaikan teori-teori mengenai bagaimana pemimpin seharusnya memimpin, keefektifan semua gaya kepemimpinan sangat bergantung pada keinginan para bawahan dalam berbagi masukan dan melatih kreativitas. Sebagai contoh, beberapa orang frustasi, sedangkan beberapa lainnya menyukai manajer yang otokratis karena mereka tidak menginginkan dukungan suara dalam pembuatan keputusan. Sementara itu, pendekatan demokratis bisa menjadi tidak menyenangkan bagi orang-orang yang ingin memikul tanggung jawab pembuat keputusan maupun bagi yang tidak. Gaya wewenang penuh sangat bergantung pada kreativitas karyawan, dan pada solusi kreatif atas masalah-masalah yang ada. Gaya itu juga menarik bagi karyawan yang ingin merencanakan pekerjaan mereka sendiri. Masalahnya, tidak semua bawahan mempunyai latar belakang atau keahlian yang diperlukan untuk membuat keputusan yang kreatif. Sementara, lainnya tidak cukup termotivasi untuk bekerja tanpa pengawasan.
READ MORE - Materi Kuliah Pengantar Bisnis Memotivasi Dan Memimpin Karyawan

 

Entri Populer

© Copyright 2012.Materi Kuliah: 11/14/12 | Template by Yasrida